Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Tempat Menyelamatkan Mimpi

Telah menjadi hal yang wajar jika seseorang yang sudah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga jika ditanya “ingin pergi kemana setelah jam kerja selesai nanti?” jawabnya adalah “Pulang ke RUMAH”. Sudah menjadi hal yang wajar ketika waktu liburan datang  jika bertanya pada mahasiswa perantau  ingin berlibur kemana jawabnya adalah “RUMAH”. Banyak diantara kita jika ditanya hal apa yang paling dirindu ketika jauh dari tempat tinggal aslinya adalah “RUMAH”. Ya, Rumah bagi saya bukan hanya tempat yang biasa-biasa saja. bukan hanya tempat untuk tidur, dan berkumpul bersama dengan keluarga. Namun, rumah bagi saya adalah tempat berbagi rasa, tempat melepaskan segala penat yang ada, dan yang paling terpenting bagi saya adalah rumah itu tempat menyelamatkan mimpi-mimpi yang telah saya rangkai dengan indah. Di rumahlah saya menceritakan segala kegundahan tentang hiruk-pikuknya kehidupan dunia pada Ibu, Bapak serta Adik dan Kakak. Meminta berbagai masukan dan kritikan agar dapat l

Optimis, Bersabar, Berjuang

“Jam 7 malam itu gelap. Jam 12 lebih gelap lagi. Jam 2 dini hari lebih gelap lagi. Tapi semakin gelap artinya semakin dekat dengan fajar. Terkadang kita dihadapkan pada keadaan dan ujian yang berat, bahkan semakin hari terasa semakin berat. Tapi sebagai seorang muslim, kita harus yakin : semakin gelap keadaan, semakin berat ujian, insya Allah kita akan semakin dekat dengan fajar, semakin dekat dengan kemenangan. Seperti janji Allah dalam firman-Nya : sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka OPTIMISLAH. BERSABARLAH. BERJUANGLAH.” (Salim A Fillah)

Menaklukan Rasa Takut

Sudah kesekian kalinya saya mencoba ingin menaklukan “Rasa Takut” yang ada dalam diri saya yang sering kali menghantui diri dimanapun dan kapanpun. Entah tentang kuliah ataupun tentang organisasi atau bahkan tentang mewujudkan mimpi-mimpi yang telah saya tuliskan dalam sebuah buku harian dan tentang menetapkan pilihan-pilihan dalam hidup untuk terus melangkah lebih maju. Dan “Rasa Takut” yang akan saya ceritakan adalah tentang pergulatan hati yang terkadang manja sehingga timbul “Rasa Takut” saat ingin melangkah. Jika ditanya tentang “Rasa Takut” pada Allah gimana? “Rasa Takut” pada Sang Maha Kuasa, itu sudah barang tentu menjadi pilihan utama dalam diri yang disertai dengan “Harap dan Cinta” Kepada-Nya, itu jawab saya. Mencoba memahami apa yang diinginkan hati ketika “Rasa Takut” itu datang disaat yang tidak tepat. Datang tanpa diundang dan perginya pun tanpa diusir terlebih dahulu. Ia datang dengan tetiba, tanpa permisi terlebih dahulu. Itulah yang menjadi musuh dan tambatan