Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Pantai dan Senja

“Tau ga, kenapa senja itu menyenangkan? Karna kadang dia merah merekah bahagia, kadang dia hitam gelap berduka. Tapi, langit selalu menerima senja apa adanya” (Kutipan film episode full “Sore, istri dari masa depan) Pantai belakang rumah saat di tanah rantau  Menikmati suguhan langit senja entah mengapa selalu menjadi candu yang kemudian tumbuh menjadi rindu. Seperti tak membutuhkan alasan mengapa selalu suka senja dan pantai yang menjadi tempat mengejarnya. Seperti tak bisa terpisahkan. Senja dan pantai. Menjadi pelipur kegundahan, keresahan yang kadang menggebu tanpa sebab adanya. Ingat betul ketika kkn saat akhir semester perkuliahanku 5 tahun lalu di daerah Kabupaten Batang saat aku dan kelompokku pergi berwisata ke sebuah pantai yang berada Kabupaten sebelah, diajak oleh induk semang kami saat itu dan nampaknya saat itu menjadi awal diriku menyukai pantai dan suguhan langit ketika senja itu tiba. Saat diri ini sedang rindu-rindunya pada keluarga di rumah, saat itu pula aku men

TOLERANSI

Kemarin, tanggal 25 Desember selalu menjadi hari-hari munculnya perdebatan tentang bagaimana sikap kita pada non-muslim. Teringat ketika saya berada di tanah rantau, dimana di sana penduduk muslimnya adalah minoritas, yaitu sekitar 1% saja. Agak kaget, karna harus beradaptasi sedemikian kuat untuk bisa melewati hari demi hari hingga selesai masa tugas. Tim saya pun terdiri dari lima orang dan salah satunya adalah non-muslim. Kami hidup dalam satu atap selama kurang lebih 2 tahun. Adaptasinya dimulai dari teman satu tim ini tentang bagaimana bertoleransi. Walau sebenarnya, sejak SMA saya sudah memiliki teman yang cukup akrab dan berhubungan baik dengan non-muslim. Tapi, karna dalam tugas ini saya berada hampir 24 jam bersama jadi lebih banyak belajarnya untuk bertoleransi. Kami memberitahukan tentang peraturan-peraturan dalam ajaran agama islam mengenai makanan-makanan yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan, lalu tentang kami tidak boleh mengucapkan selamat setiap hari perayaan

Hikmah sedalam Makna

  “Kadang kau harus meneladani matahari. Ia cinta pada bumi, tapi ia mengerti, mendekat pada sang kekasih justru membinasakan." (Salim A Fillah) Yang perlu kita ketahui bahwa hikmah pelajaran kehidupan tidak selalu terungkap diawal pagi, bukan? Maka yang harus kita lakukan ialah syukur dan bersabar menanti terungkapnya hikmah kehidupan. Benar saja kadang kita merutuki dan menyesali apa yang telah terjadi, menyalahkan segala apa yang dirasa, padahal setelah berkontemplasi lalu menepi, memahami diri dengan tetiba Allah hadirkan hikmahnya tentang apa yang telah terjadi mengapa begini dan begini? Nyatanya jika Dia kabulkan doa kita seketika itu juga, pasti akan terjadi sesuatu karna masih kurangnya ilmu disuatu bab tertentu yang masih belum selesai untuk diimplementasikan. Lalu Allah tangguhkan seiring berjalannya waktu untuk perbaiki diri dan dengan sengaja Allah memberi sinyal terang yang tak di duga-duga untuk memperbaiki bekal yang kurang pada saat diawal meminta pada-Nya tentang

MENEPI

Adakala kita butuh menepi untuk memperbaiki langkah, memperbaiki niat yang agaknya mulai goyah Adakala kita butuh menepi untuk kembali merajut mimpi yang mulai ragu tuk diraih Adakala kita butuh menepi untuk kembali memperbaiki diri bukan untuk mendapatkan yang diinginkan diri melainkan untuk dapatkan Ridha-Nya yang selama ini dicari Adakala kita butuh menepi untuk kembali memantaskan diri bukan untuk dia yang kita cari tapi untuk-Nya yang kita tuju cintanya Yang Maha Abadi Adakala kita butuh menepi untuk kembali merajut asa tuk menggapai cita yang telah tertulis rapi lalu kita serahkan pada Dia Yang Maha Mengetahui Adakala kita butuh menepi hanya sekadar untuk mengatur nafas agar tak ada amarah yang menghampiri diri Adakala kita butuh menepi untuk memilih kalah bukan karna menyerah tapi untuk kebaikan diri Adakala kita butuh menepi hanya untuk sendiri bukan karna suka dengan sepi tapi hanya untuk sekadar memahami diri Dan pada akhirnya adakala kita butuh menepi tanpa harus memberikan

Kenapa Bisa ?

  Mbah Tugino dan Mbah Surip 😊  Jum'at pagi dikala itu ketika diri ini sedang bertugas jaga, pandanganku jatuh pada kedua orangtua yang sudah sepuh. Mbah Tugino dan Mbah Surip namanya. Sejak sampai di Puskesmas keduanya tak pernah sekalipun lepas genggaman tangannya. Mbah Tugino yang menuntun Mbah Surip, sebab qadarullah penglihatan Mbah Surip sudah mulai terganggu jadi tidak bisa melihat dengan jelas dan harus dibantu untuk jalannya. Ketika sempat pulang dan balik lagi ke puskesmas tempatku bertugas, Mbah Surip dan Mbah Tugino ini naik bajaj lalu ku bantu untuk memapah Mbah Surip ke tempat pemeriksaan, dan ternyata Mbah Tugino terus mendampingi disebelahku, mungkin ia ingin memastikan bahwa sang istri tercinta tetap dalam keadaan aman ketika bersamaku 😅 Ku mulai bertanya-tanya kenapa bisa Mbah ke Puskesmas naik bajaj hanya berdua dan tidak diantar anaknya? Lalu kedua nya kompak menjawab anaknya tidak bisa melihat karena kecelakaan dan anaknya yang sehat qadarullah positif covid-

COVID-19

  COVID-19 Ingin kuceritakan kisah tentang sebuah Wabah di Negeri ini. Nak, dulu sekitar awal bulan Maret tahun 2020 saat Ibu berusia menjelang 26 tahun pernah ada suatu wabah yang melanda negeri ini. Wabah Virus Corona dan nama penyakitnya Covid19. Saat itu belum ada obatnya. Qadarullah, nama Ibu saat itu tertera masuk dalam bagian Tim Gerak Cepat tempat Ibu bekerja, Nak. Kami semua khawatir. Takut. Tapi tetap harus berjuang bersama. Saat itu anjuran pemerintah kita diharapkan semua dapat bekerja, belajar dan beribadah dirumah saja dan baru kali itu selama Ibu hidup kita menyambut Ramadhan dengan rasa yang berbeda, Nak. Kami tak bisa sholat tarawih berjama'ah di masjid, i'tikaf yang dirindu dipenghujung Ramadhan setiap tahunnya pun tidak ada bahkan Shalat 'Ied berjamaah di tanah lapang ataupun masjid-mesjid ditiadakan. Sedih bukan kepalang. Tak pernah mengira akan dihadapkan pada keadaan seperti itu. . Ibu tidak bisa jumpa dengan teman2 yang hampir setiap pekannya rutin di

Menerima Ketetapan-Nya

Ketika aku tidak siap untuk kecewa dengan tetiba Allah menguatkan lewat surat cinta-Nya. Allah tahu yang terbaik untuk Hamba-Nya Ketika aku tidak siap untuk kecewa dengan tetiba jiwa ini meronta, merasa bersalah sebab ia telah kalah dengan imannya Ketika aku tidak siap untuk kecewa dengan tetiba teringat tentang apa-apa yang selalu dihaturkan lewat doa memohon agar dibuat ridha atas setiap apapun kehendak-Nya Ketika dan ketika dada serasa sesak selalu berkeinginan untuk lari kepantai hanya untuk sekedar memandang luasnya hamparan laut biru, mengeluarkan segala isi hati menyampaikan lewat air yang tenang tapi entah sejak kapan diri ini selalu merindu pantai ketika terpaan ujian datang yang menyesak dada. Dan nyatanya ketika raga tak sampai pada pantai hamparan sajadah adalah satu-satunya tempat ternyaman untuk bersimpuh mengeluarkan segala apa-apa yang dirasa, bercerita pada Sang Maha Pencipta tanpa ada jeda tentang apa-apa yang disemogakan namun bersaingan dengan Takdir yang te

Kontemplasi tentang Takdir-Nya

Tentang Takdir-Nya yang selalu indah. Seringkali kita mengeja Allah, menuntut apa yang Ia hadirkan agar sesuai dengan keinginan kita. Tapi Bukankah seharusnya Asmaul Husna Ar-Rahman dan Ar-Rahim sudah cukup membuat kita yakin pada setiap ketetapan-Nya? Karena yang memberikan itu semua adalah Allah Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sungguh, Allah terlalu baik untuk kita yang selalu mencurigai segala ketetapan takdir-Nya Kerjakan bagianmu, biar Allah kerjakan bagian-Nya. Tugasmu hanya sampai memaksimalkan ikhtiar lalu tawakkal dgn penuh kepasrahan. Tawakkalmu harus lebih panjang dari ikhtiarmu, bukan? Lalu jika masih terselip luka ketika menerima hasilnya, mungkin saja niatmu kurang lurus saat memulainya. Maka hamparkanlah sajadah, panjangkan lah sujud2mu dengan indah. Tumpahkan segala rasa yang sesak mengganggu dada. Bukankan engkau telah mengikrarkan diri  sesungguhnya Sholatku, ibadahku hanya untuk Allah saja? Termasuk segala apapun yang telah engkau kerja? Maka cukuplah bagimu m