Bismillahirrahmanirrahim .. Alhamdulillah, akhirnya menyentuh blog ini lagi :)
Rasanya sudah lama sekali mampir untuk menulis kisah kisah yang telah dilewati. Kali ini berusaha mampir dan menguatkan tekad untuk menaruh tulisan walau hanya sebatas kutipan tulisan yang pernah ditulis orang lain, tapi selalu terngiang sampai sekarang. Semoga Allah jaga Mba Sasha dan keluarganya selalu 🤗❤ *mengutip tulisannya dari blognya Mba Sasha :)
Tulisan ini sengaja disimpan di blog ini tersebab beberapa waktu belakangan ini sering berhadapan dengan cerita banyak teman tentang kisah rumahtangganya, tentang kisah mereka dengan lelaki yang telah menjadi imamnya dalam keluarganya. Tulisan ini sengaja diri ini simpan dilaman blog ini untuk pengingat diri ini ketika suatu saat telah memiliki imam atas izin Allah dan diri ini berada tepat satu shaf dibelakangnya. Tulisan ini masih menjadi tulisan favorite sejak di kursi kuliahan, ya sudah sejak lama tulisan ini ku baca dan selalu terngiang2 ketika mendengar banyak kisah rumah tangga yang menjadi ibadah terpanjang sepanjang massa :')
"Aku tahu, kadang-kadang hidup itu tidak adil--menurut kita, meski sebenarnya Tuhan selalu bersikap adil pada manusia yang diciptakan-Nya. Tetapi pada saat kamu merasa hal itu sedang terjadi, dimana kamu merasa sedang jatuh dan dunia memusuhimu, aku di sini, di satu shaf di belakangmu ketika kamu sudah pulang nanti.
Kamu bilang, aku 'rumah'mu. Bukan bangunan atau gedung, tetapi aku. Jadi, sejauh apa pun kamu pergi, kepadakulah kamu akan selalu kembali. Karena itulah, aku selalu di sini tidak pernah pergi apa pun yang menimpamu, dulu, sekarang, ataupun nanti. Karena akulah tempat kamu bisa selalu pulang. Jadi, setiap hari, aku bersedia menunggu, menyiapkan teh panas sementara kamu mengambil air wudlu. Lalu aku akan bersiap untuk berdiri satu shaf di belakangmu.
Dan ketika kamu lelah, aku juga selalu di sini. Menyediakan bahuku. Menemanimu bercerita untuk mengurai semua kisah satu demi satu, lalu mencari jalan untuk mengatasinya berdua. Karena untuk melihat senyummu, aku masih dengan senang hati berada satu shaf di belakangmu.
Aku akan selalu satu shaf di belakangmu, dalam sholat berdua, atau dalam menjalani hidup berdua. Tidak hanya ketika berbahagia, tetapi juga ketika kamu sedang pada taraf jatuh sehingga tidak punya siapa-siapa. Karena aku tahu, kamu selalu melakukan hal terbaik yang kamu bisa untuk menjaga bahagiaku. Yang kamu minta hanyalah, aku tetap selalu berada di satu shaf di belakangmu. Bukan untuk selalu menjadi buntutmu, tapi untuk berdoa bersama dan berterima kasih bersama atas semua bahagia."
~~~~
Suatu hari nanti izinkan diriku menyambutmu dalam senyuman lebar penuh syukur atas Rahmat dan Karunia dari-Nya telah dihadirkan sesosok imam yang menerimaku dengan ikhlas dan berdiri satu shaf di depanku :))
Kepadamu yang berhak atasnya dan menjadi pahala di sisiNya, maka izinkan suatu hari nanti ku mengungkapkan cinta itu saat engkau menoleh ke belakang sebab melihat diri ini berada satu shaf di belakangmu :))
~~~~
Ya, aku akan selalu berada satu shaf dibelakangmu dalam setiap kondisi apapun itu. Semoga Allah beri kesempatan dan mampukan diriku terus memperbaiki diri, memantaskan diri agar pantas berdiri satu shaf di belakangmu :))
.
.
Jakarta, 24 Januari 2022
Komentar
Posting Komentar