Qadarullah wa maa sya'a fa'alaa
.
Mungkin kalimat ini yang bisa menggambarkan tentang rasanya terkena positif covid-19. Mau kita menghindar ke balik gunung, lari ke dalam goa, atau bahkan lari ke pantai, namun jika Allah telah berkehendak lalu kita bisa apa? Hanya bisa berserah bukan? Ketika telah melakukan ikhtiar semampunya, sisanya tinggal berserah sepenuhnya, kan?
.
Qadarullah, saya terinfeksi virus corona ini pertengahan tahun 2020 tepatnya 16 Agustus lalu. Saat itu ketika dinyatakan positif covid19 adalah hal yang sangat sensitif. Masih sedikit sepertinya belum seperti gelombang kedua ditahun 2021. Saat pertama kalinya positif entah rasanya seperti diterpa ombak yang dahsyat, kaget, bingung, takut seolah mensirnakan bahwa diri ini adalah bagian dari nakes yang telah terbiasa dengan pasien positif lainnya.
.
Cerita positif pertama kali cukup membuat saya dan keluarga menjadi perhatian orang-orang sekitar, tetangga2 dan sanak saudara. Bagaimana tidak? Ketika nama saya ada dalam list warga yang positif covid dan melakukan isolasi mandiri tetangga seketika langsung menghindari anggota keluarga saya yang lainnya yang hasil swab nya dinyatakan negatif. Masih menjadi hal tabu ketika seseorang disekitarnya dinyatakan positif covid19. Sedangkan mereka masih dengan santai menganggap bahwa corona itu tidak ada, tapi mereka merasakan setiap gejala disetiap gelombangnya π
.
Iya, hal yang aneh tapi nyata ketika tidak mempercayai tentang medis tapi mereka merasakannya π
.
Ketika gelombang kedua datang sekitar pertengahan bulan di tahun 2021 sekitar akhir bulan Juni, Bapak dan Mas (kakak) di rumah bergejala. Dan bapak bergejalanya memberat dengan sesak dan adanya penurusan saturasi. Lalu si Mas juga mulai demam ga karuan. Dan memang pas jadwalnya saya swab di tempat kerja keluar lah hasil bahwa saya dinyatakan positif covid19 (lagi) untuk kedua kalinya. Awalnya tidak bergejala namun setelah hasil swab keluar saya merasakan gejala anosmia kurang lebih 10 hari, demam, dan lainnya. Hanya saya, bapak dan adik yang mengalami anosmia sisanya orang dirumah Alhamdulillah aman
.
Tibalah pada fase gelombang ketiga ini, varian omicron yang dikatakan oleh para peneliti sangat cepet penyebarannya bahkan bisa sampai 72x lebih cepat dari varian delta gelombang kedua tahun 2021 lalu. Lagi-lagi orang di rumah sudah mulai bergejala lebih dulu dari saya dan lagi-lagi tiba di jadwal rutin swab saya keluar hasil saya positif covid-19 (lagi) untuk kali ketiganya. Dan pada varian ini saya pun juga mengalami gejala lengkap, namun Alhamdulillah agak sedikit lebih ringan dibanding dgn positif tahun 2021 kemarin.
.
Lagi-lagi, kita hanya bisa berikhtiar semampunya dan berserah sepenuhnya, bukan? Ketika segala protokol kesehatan telah dilakukan dengan ketat namun jika Allah telah berkehendak, kita bisa apa? Qadarullah wa maa sya a fa'alaa ...
.
Ada banyak hikmah dari setiap kondisi yang Allah beri pada diri kita, salah satunya saya bisa undur diri dari nominasi nakesdan di tahun ini π ketika raga dan jiwa merasa belum mampu ternyata Allah beri ujian di fase gelombang ketiga ini yaitu dengan dikasih positif covid 19. Lagi-lagi, Allah selalu memberikan hikmah disetiap peristiwa yang kita alami dan Allah tidak akan membebani seseorang melebihi kapasitas hamba-Nya.
.
Sudah tiga kali terkena covid ini lagi-lagi kiriman paket selalu datang. Rasa-rasanya kok yo jadi kayak malu nerimo terus terusan π
.
Gapapa pandemi ini akan terkenang sepanjang masa, kelak bisa saya ceritakan ke anak cucu bahwa ibuknya atau uti nya dahulu pernah menjadi penyumbang angka pasien positif covid19 di setiap gelombangnya. Subhanallah πππ
.
Tapi apapun itu semua tidak terlepas dari kendali Allah. Semua sudah diatur oleh-Nya. Termasuk adanya pandemi ini, sudah tentu pasti telah tertera di dalam lauhul mahfudznya Allah. Virusnya pun adalah ciptaan Allah juga. Masa kita masih ingkar ga percaya π
.
Ada banyak pakar yang telah Allah titipi ilmu-Nya, mengatakan ini itu yowis kita ikuti. Mengatakan tentang ikhtiar melawan covid19 dengan vaksin yowis kita ikuti. Toh itu bagian dari ikhtiar kita, kan? π , kan ada ikhtiar sebelum tawakal hehe
.
Weslah malah nanti makin panjang ceritane, ini nulisnya dalam keadaan masih isolasi mandiri dan rehat dari men TL pasien-pasien positif covid yang udah mulai bludak lagi.
.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita semua dalam kondisi apapun dan terutama dirimu :)) ah ya semoga Allah senantiasa karuniakan kita hati yang lapang, pikiran yang jernih dalam menerima segala ketetapan-Nya, termasuk tentang pandemi ini. Karna kita tidak pernah tahu kan yang Allah kirimkan pada kita ini ujian atau Rahmat dari Allah? Kita hanya perlu berprasangka baik pada Allah, kan? hehe
.
Semoga Allah jadikan sebagai penghiburan untuk yang sedang sakit tersebab covid19 ini Allah jadikan sebagai ladang penggugur dosa-dosanya dan semoga teman-teman yang lain segera Allah karuniakan kesehatan kembali seperti sediakala tanpa kurang satu apapun yang tersisa dari sakitnya, Aamiin Yaa Rabbal'alaamiin :)
.
Jakarta, 6 Februari 2022 (Hari Ke - 4 karantina)
Komentar
Posting Komentar